banner 468x60

Peristiwa Penting dalam Sejarah Tahun Baru Islam

Tahun Baru Islam

READ.ID – Tahun baru Islam 1 Muharram 1442 Hijriah merupakan hari penting dan bersejarah bagi umat Islam yang jatuh pada hari Rabu 19 Agustus 2020.

Awal tahun baru Islam menandai peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah Islam, yakni memperingati peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari kota Mekkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi. Hal inilah penanggalan dalam Islam dinamakan Hijriah.

Sejarah tahun baru Islam berawal dari kebimbangan umat Islam saat menentukan tahun. Hal ini tak lepas dari fakta sejarah pada zaman sebelum Nabi Muhammad SAW, orang-orang Arab tidak menggunakan tahun dalam menandai peristiwa apa pun. Tapi, hanya menggunakan hari dan bulan sehingga cukup membingungkan.

Sebagai contoh, pada waktu itu Nabi Muhammad lahir pada tahun Gajah. Hal ini menjadi bukti bahwa pada waktu itu kalangan masyarakat Arab tidak menggunakan angka dalam menentukan tahun. Berawal dari sini, para sahabat Rasulullah SAW pun berkumpul untuk menentukan kalender Islam. Salah satunya yang hadir adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan Thalhan bin Ubaidillah.

Mereka mengusulkan kalender Islam berdasarkan hari kelahiran Nabi Muhammad, ada yang mengusulkan sejak Nabi Muhammad diangkat sebagai rasul. Namun, usul yang diterima adalah usulan dari Ali Bin Abi Thalib di mana beliau mengusulkan agar kalender Hijriah Islam dimulai dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah. Dari usul Ali Bin Abi Thalib inilah sejarah kalender Islam pertama kali dibuat dan sejarah tahun baru Islam muncul.

Makna Tahun Baru Islam

Makna tahun baru Islam bahwa Nabi Muhammad hijrah dari Mekah menuju Madinah merupakan peristiwa penting lahirnya Islam sebagai agama yang berjaya. Nabi Muhammad SAW sendiri berhijrah bukan tanpa alasan, tetapi mendapatkan wahyu sekaligus bentuk respon untuk menanggapi sikap masyarakat Arab yang kurang berkenan dengan ajaran Islam.

Ya, kala itu, hijrah bukan sekadar pindah tempat tinggal, namun merupakan perintah Allah, juga sebagai strategi perjuangan dalam dakwah Islam. Pemaknaannnya sekarang, hijrah setelah Futuh Makkah, menurut Nabi Muhammad adalah meninggalkan apa-apa yang dilarang.

Salah satu hadits menyebutkan, “Muslim adalah seseorang yang menghindari menyakiti dengan lidah dan tangannya, dan Muhajir adalah orang yang meninggalkan semua larangan Allah.” (HR Bukhari).

Beberapa hikmah yang dapat dipetik dari hijrahnya Nabi dan para sahabat dari Mekkah ke Madinah saat itu adalah:

Peristiwa hijrah Rasulullah dan para sahabatnya dari Mekah ke Madinah merupakan tonggak sejarah yang monumental dan memiliki makna yang sangat berarti bagi setiap Muslim. Pasalnya, hijrah merupakan tonggak kebangkitan Islam yang semula diliputi suasana dan situasi yang tidak kondusif di Mekkah.

Berikutnya, hijrah mengandung semangat perjuangan tanpa putus asa dan rasa optimisme yang tinggi, yaitu semangat berhijrah dari hal-hal yang buruk kepada yang baik, dan dari hal-hal yang baik ke yang lebih baik lagi. Rasulullah SAW dan para sahabatnya telah melawan rasa sedih dan takut dengan berhijrah, meski harus meninggalkan tanah kelahiran, sanak saudara, dan harta benda mereka.

Ketiga, hijrah mengandung semangat persaudaraan, seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW saat beliau mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Bahkan beliau telah membina hubungan baik dengan beberapa kelompok Yahudi yang hidup di Madinah dan sekitarnya pada waktu itu.

Dalam konteks sekarang ini, pemaknaan hijrah tentu tak harus selalu identik dengan meninggalkan kampung halaman seperti yang dilakukan Rasulullah SAW dan kaum Muhajirin. Tapi, pemaknaan hijrah lebih kepada nilai-nilai dan semangat berhijrah itu sendiri, karena hijrah dalam arti seperti ini tak akan pernah berhenti.

Dalam sebuah riwayat dikisahkan, ada seorang yang mendatangi Rasulullah SAW dan berkata: “Wahai Rasulullah,saya baru saja mengunjungi kaum yang berpendapat bahwa hijrah telah telah berakhir”, Rasulullah bersabda: ”Sesungguhnya hijrah itu tidak ada hentinya, sehingga terhentinya taubat, dan taubat itu tidak ada hentinya sehingga matahari terbit dari sebelah barat”.

Rasulullah saw sudah memberi teladan hijrah. Sebagai bentuk syukur kita, maka setiap datang bulan Muharram, kita lakukan muhasabah atas amal yang sudah kita lakukan. Jika masih banyak amal yang terabaikan, saatnya kita hijrah untuk meningkatkan ketaatan. Insyaa Allah.

(Conten Writer)

 

Baca berita kami lainnya di

banner 468x60